Isnin, 10 Disember 2012

Nucke Rahma, Berjuang Melawan Tayangan Kekerasan



Siapa dibalik cerita sinetron Taaruf, Muslimah, dan terakhir Muallaf yang baru tayang di layar kaca? Sosok itu adalah Nucke Rahma, script writer yang telah menulis 200-an lebih naskah sinetron, film, dan teater. Sebelumnya, perempuan berjilbab ini sukses lewat sinetron Pernikahan Dini, Si Yoyo, Air Mata Cinta, Rahasia Cinta, dan lainnya. Lalu beralih ke tema religi, meskipun banyak protes terhadap sinetron Muslimah dan Taaruf kemunculannya bermaksud mengimbangi tayangan non religi. Menghindari tayangan tanpa kekerasan itu sulit sekali, berulangkali saya mencoba.

Saya juga nggak tahu, yang salah itu penulisnya, pelaku industri, atau penonton? Kalo bicara penonton, juga tergantung sama apa yang disuguhkan kita kan? Kembali menyuguhkan, mereka juga nggak aware. Nah, itu yang saya lihat kesulitan menghindari tayangan tanpa kekerasan. Sampai sekarang saya masih berjuang, jelas Nucke. Nucke menyadari harus ada sinetron yang punya value atau nilai tinggi, tapi kenyataannya berhadapan dengan industri tidak demikian. Tipikal penonton negara dunia ketiga dalam sebuah survai menurutnya juga memang masih membutuhkan tayangan dengan suspense fisik.

Cerita-cerita berbumbu kekerasan lebih menyedot perhatian penonton dan disukai. Kecenderungannya hanya kalangan terdidik yang menyadari dampak negatifnya bagi pendidikan keluarga. Alasan ini pula yang membuat Nucke sendiri melarang anaknya yang berusia 6 tahun menonton sinetron. Betul. Sangat tidak baik. Saya sendiri melarang anak saya menonton. Nggak fair ya, sebetulnya. Sebenarnya dia terus berpikir sampai kapan tayangan seperti kebanyakan saat ini berubah. Namun isteri Rick St. Mulyono ini yakin pada saatnya nanti semua pihak sudah bisa memilah seiring keterbukaan dan kemajuan.

Langkah ini menurutnya memang harus difasilitasi. Harus ada sebuah gerakan dan kepedulian. Entah itu dari stasiun, untuk stop violence! Semua tayangan ngggak boleh ada tamparan, misalnya. Otomatis, kan semua tayangan nggak ada. Penonton nggak punya pilihan. Selain saya rasa sudah gerakan moral, tapi ini yang sampai sekarang agak sulit. Masih ada kapitalis di sini. Sulit kalo sudah bicara uang.Posisi penulis pun menurutnya serba salah. Di sinetron Muslimah contohnya, ada suatu episode di mana istri muda dan istri tua bertemu. Istri tuanya marah menggunakan kekerasan. Nucke sebenarnya ketika itu nggak ingin ada tokoh menampar. Ketika adegan itu diadakan ratingnya itu wuzzz naik dengan pesat. Produser menganggap ini lho, formula ini, sementara Nucke menganggap sebaliknya. Saya bikin tanpa itu, eh bener agak melempem. Jadi sedikit tekanan juga untuk membuat itu. Tetapi, ketika KPI bilang itu terlalu keras, saya juga ditekan juga untuk tidak ada adegan itu. Sangat dilematis. Tapi Alhamdulillah, Muslimah secara akidah tidak pernah ditentang. Lebih ngeri kalo akidahnya yang dipertentangkan. [Elzam]

Sumber : Annida-Online.com